Pada artikel ini kita akan membahas solusio plasenta mulai dari penyebab hingga genjalanya. Solusio plasenta adalah komplikasi kehamilan ketika plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum proses kelahiran. Kondisi ini dapat menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen pada bayi menurun.
Plasenta berfungsi menyalurkan darah yang berisi nutrisi dan oksegen ke bayi. Serta membuang limbah metabolisme dari tubuh bayi. Setelah bayi lahir plasenta akan terlepas dengan sendirinya dan keluar dari rahim. Solusio plasenta sering kali terjadi secara tiba tiba. Pada banyak kasus, lepasnya plasenta ini kerap terjadi pada trimester menjalang waktu persalinan.

Penyebab Solusio Plasenta
Hingga saat ini, penyebab pasti terjadinya solusio plasenta belum dapat kita ketahui, Namun ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil beserta penjelasannya.
- Hamil pada usia 40 tahun keatas
- Merokok saat hamil atau memakai narkoba saat hamil.
- Menilki riwayat solusio plasenta sebelumnya
- Menderita preeklamsia atau ekalamsia
- Mengalami cedera perut saat hamil
- Mengalami ketubah pecah dini
- Mengandung bayi kembar
- Menderita polihidramnion
Selanjutnya Perlu dikertahui, solusia plasenta tidak dapat mencegahnya. Tetapi peluang ibu memiliki komplikasi lehamilan kehamilan ini bisa minimal kan demgan cara mengurangi faktor resiko yang dapat kita kendalikan seperti penjelasan berikut.
Genjala Solusio Plasenta
Selanjutnya Berdarkan gejala penyakit ini memiliki 3 kelas. Berikut kelas dan penjelasannya.
1. Kelas 0 tidak ada gejala
Selanjutnya Karena tidak menimbulkan gejala gejala, penyakit kelas 0 ini baru kita temukan pada saat kelahiran dengan ciri berupa gumpalan darah atau adanya area yang penyok pada bagian ini.
2. Kelas 1 gejala ringan dengan (48 persen kasus) gejalanya antara lain.
Selanjutnya Tidak ada pendarahan atau pendarahan vagina ringan. Nyeri rahim ringan. Tekanan darah dan denyut nadi ibu normal. Tidak ada gangguan koagulasi darah. Tidak ada gawat janin.
3. Kelas 2 gejala sedang (27 persen kasus) gejalanya antara lain
Selanjutnya Tidak ada pendarahan atau pendarahan vagina ringan. Nyeri rahim sedang sampai berat dengan kontaksi tetanik. Peningkatan denyut nadi ibu dengan perubahan tekanan darah dan denyut nadi othostatic (tergantung pada posisi duduk atau berdiri). Gawat janin dan Hipofibrinogenemia.
4. Kelas 3 gejala berat (24 persen kasus) gejalanya antara lain
Selanjutnya Tidak ada pendarahan sampai pendarahan vagina berat. Kejang rahim (tetanik) yang berat dan sangat nyeri. Syok maternal. Hipofibrinogenemia, Koagulopati, dan Kematian janin.
Pencegahan Solusio Plasenta
Selanjutnya Solusio plasenta atau abruptio plasenta tidapat kita cegah. Namun ada beberapa upaya yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko dan mengantisipasi lepasnya plasenta, yaitu :
- Tidak merokok dan tidak mengonsumsi narkoba terutama saat hamil
- Menghindari akitifitas fisik berat saat hamil
- Menghindari aktifitas dengan resiko jatuh atau cedera pada perut saat hamil
- Rutin memeriksakan diri kedokter kandungan selama hamil, apalagi jika hamil pada usia 40 tahun
- Mengonsumis makanan dengan kandungan gizi seimbang