Senjata Tradisional Suku Papua Yang Berasal Dari Alam

Senjata Tradisional Papua

Senjata Tradisional Suku Papua Yang Berasal Dari Alam

Senjata Tradisional Papua

Senjata Tradisional Suku Papua merupakan produk budaya yang lekat hubungannya dengan suatu masyarakat. Selain di gunakan untuk berlindung dari serangan musuh, senjata tradisional juga di gunakan dalam kegiatan berladang dan berburu. Lebih dari fungsinya, senjata tradisional kini menjadi identitas suatu bangsa yang turut memperkaya khazanah kebudayaan nusantara.

Suku Asmat, selain terkenal dengan seni ukirnya yang adiluhung, ternyata juga menyimpan kekayaan senjata tradisional yang luar biasa. Sebelum mengenal logam, Suku Asmat mengandalkan bebatuan untuk di jadikan senjata. Menetap di bagian pesisir Pulau Papua yang di dominasi oleh rawa dan pantai tidak menjadikan masyarakat Suku Asmat kehilangan akal untuk bisa menciptakan senjata tradisional berbasis batu. Untuk mendapatkan bahan baku batu pegunungan, masyarakat Suku Asmat mencarinya di desa dekat pegunungan. Mereka harus berjalan kaki menempuh jarak beberapa kilometer demi mendapatkan batu yang di butuhkan.

Sesampainya mereka di desa yang kaya akan bebatuan gunung, mereka lantas tidak begitu saja mendapatkan batu yang dibutuhkan. Sebab, terkadang batu-batu tersebut harus dibarter dengan barang-barang yang mereka bawa dari desa.

Batu yang biasa di gunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan senjata adalah batu nefrit yang kemudian diolah menjadi kapak batu. Tercatat ada dua jenis kapak batu yang di buat oleh masyarakat Suku Asmat, yaitu kapak genggam dan kapak yang memiliki gagang atau pegangan.

Tidak hanya itu saja, ada juga beberapa senjata yang di gunakan oleh suku papua yang biasa mereka gunakan untuk berburu. Di antaranya seperti:

1. Belati dari Tulang Kasuri

Belati dari Tulang Kasuari bentuknya tidak terlalu panjang, namun ketajamannya dapat membuat musuh ketakutan. Bila senjata tradisional umumnya terbuat dari logam, maka belati khas Papua ini menggunakan tulang Burung Kasuari. Belati dari Tulang Kasuari ini di buat dengan meruncingkan di bagian ujung, kemudian senjata di hiasi dengan bulu di bagian gagangnya. Senjata ini juga di hiasi dengan anyaman kulit yang sebelumnya telah di cat putih. Hiasan lainnya berupa kerang yang ditempelkan pada bagian bulu burung kasuari. Belati pertama kali di perkenalkan Suku Asmat. Dahulu, senjata di percaya hanya di gunakan untuk ritual pembunuhan saja. Namun saat ini, senjata di gunakan sebagai pelengkap pakaian adat pria Papua. Cara memakainya dengan melilitkan di bagian sisi pinggang pria.

2. Busur dan Panah

Setiap suku di Papua, mereka memiliki busur dan panah dengan jenis yang berbeda-beda, baik bentuk, fungsi, bahan pembuatannya, bahkan penyebutannya juga berbeda-beda, Pada Suku Muyu, salah satu suku yang ada di Papua, busur di sebut Tinim, sedangkan Panah adalah Ando. Bahan pembuatan busur atau Tinim berasal dari pohon sejenis palem atau enau kecil. Pohon tersebut di belah selebar tiga jari. Kemudian, ujung busur di ikat dengan ujung busur yang lainnya membentuk setengah lingkaran.

Selain itu, busur menggunakan bambu khusus yang telah di haluskan untuk di letakkan di bagian tengah, bambu diikat dengan tali genemo yang telah di pintal untuk menahan bambu. Sementara, bahan panah atau ando di buat dari alip atau pohon kasim sejenis pohon bambu yang di ambil dari hutan. Pohon ini lalu di olah dengan menggunakan api supaya lurus. Setelah lurus, panah di pasang mata panah yang terbuat dari bambu. Sebelumnya, bambu yang akan di gunakan sebagai mata panah telah di bentuk terlebih dahulu. Mata anak panah di buat dalam tiga macam bentuk, yaitu jubi, kanat (pisau bermata dua), dan tombak (bergerigi terbalik).

3. Kapak Batu

Kapak batu yang di temukan di Papua umumnya kapak lonjong. Namun seiring berjalannya waktu, budaya kapak batu ini hampir terlupakan Dalam budaya Sentani, kelompok suku besar di Papua, kapak batu mengalami pergeseran fungsi. Kapak batu tidak lagi sebagai alat kerja untuk menebang pohon, menokok sagu, atau membuat perahu. Kapak batu atau he (bahasa Sentani) di gunakan sebagai warisan turun-temurun yang memiliki nilai sosial terutama dalam upacara adat, seperti pembayaran mas kawin, denda adat, dan pembayaran kepala.

Di Sentani, ada beberapa jenis kapak batu, yaitu: He Nokhong, kapak batu berwarna hitam He Phinukhu, kapak batu berwarna hitam dan hijau He Hawaphu, kapak batu berwarna hijau He Khongge , kapak batu berwarna hitam berbintik putih He Hawa phulu, kapak batu berwarna kehijau-hijauan He Raime rouw, kapak batu berwarna hijau muda He Yanggove, kapak batu berwarna hijau tua He Hokhai, kapak batu berwarna hijau kemerahan He Rondo fikholie, kapak batu berwarna hijau keputihan Kapak batu yang paling sering di gunakan dalam upacara adat dan pembayaran adat adalah he nokhong, he phinukhu, he hawaphu, dan he khongge.

4. Tombak

Tombak merupakan senjata tradisional yang di gunakan untuk berburu. Berburu merupakan salah satu sistem mata pencaharian yang terdapat di masyarakat Papua. Tombak juga di pergunakan sebagai salah satu senjata berperang untuk mempertahankan atau merebut wilayah. Untuk masyarakat Papua, perang merupakan sebuah prestasi atau prestise. Panjang tombak antara 2 sampai 3 meter, tombak terbuat dari batang bambu atau batang nibun dengan mata tobak terbuat dari kayu besi atau pohon pinus. Tetapi, setelah masyarakat banyak melakukan kontak dengan masyarakat di luar papua, mata tombak banyak terbuat bahan logam.

Untuk suku-suku yang tinggal di pegunungan, mereka menggunakan besi yang di bentuk sedemikian rupa menjadi semacam lembing dengan panjang sekitar 3 sampai 5 meter. Bagian ujung tombak tersebut di buat di runcing. Alhasil jika senjata tersebut di tusukkan ke lawan dapat menembus badan lawan hingga tewas. Tombak yang di buat oleh Suku Mappi dan Asmat terbuat dari kayu yang bagian ujungnya bergerigi sedangkan bagian pangkal di hiasi dengan bulu burung. Selain di gunakan untuk berperang, tombak juga di gunakann untuk berburu hewan liar, seperti babi hutan, kasuari, rusa, dan kangguru. Di sisi lain, tombak juga di gunakan untuk tari-tarian dalam rangka pesta budaya atau pagelarann seni di Papua.

 

 

Artikel yang di sarankan: Asal – Usul Dan Manfaat Dari Buah Matoa