Tempat Wisata Alam Dan Cagar Budaya Gua Braholo

Gua Braholo

Tempat Wisata Alam Dan Cagar Budaya Gua Braholo

Gua Braholo

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim baru saja memutuskan 15 Cagar Nasional rentang waktu Januari-Oktober 2022. Salah satu di antaranya ada Gua Braholo di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta yang ialah hunian manusia prasejarah.

Gua Braholo ialah salah satu gua hunian prasejarah yang berada dalam jajaran pegunungan karst Gunung Sewu. Lokasi ini terletak di Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Goa ini di temukan oleh Bidang Prasejarah Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, ketika melaksanakan survei di seluruh wilayah Gunung Sewu pada tahun 1996. Belasan gua di temukan di bagian barat pegunungan ini dan salah satu di antaranya ialah Gua Braholo, yang kemudian di tindaklanjuti dengan mengerjakan ekskavasi pada tahun 1997 dan 1998.

Untuk menuju lokasi Gua Braholo, pengunjung mesti berjalan menaiki beberapa si kecil tangga karena lokasinya yang berada di lereng bukit dengan ketinggian sekitar 357 mdpl. Sesampainya di mulut gua, suasana sunyi dan sejuk akan menyambut para pengunjung.

Geografis Gua Braholo

Gua ini cukup luas dengan batuan stalaktit di langit-langit dan stalagmit di bagian bawah. Tinggi langit-langit gua lebih dari 15 meter sehingga menonjol terang sekiranya sinar sang surya masuk. Lantai gua sebagian besar tanah dengan lebar ruangan kurang lebih 39 meter dengan panjang 30 meter. Luas keseluruhan gua sekitar 1.172 meter persegi.

Kedalaman gua berbeda-beda pengaruh proses ekskavasi yang di jalankan oleh para peneliti pada tahun 1994 sampai 2000. Dari isu yang tertera di depan mulut gua, proses ekskavasi hal yang demikian di jalankan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta yang di pimpin oleh Prof Truman Simanjuntak.

Penelitian Gua Braholo

Satu – satunya penelitian mengenai kehidupan gua tercatat pada tahun 1996 yang di jalankan oleh Puslit Arkenas. Melalui eksplorasi intensif di temukan belasan gua di daerah ini dan salah satunya di antaranya ialah Gua Braholo. Di antara gua – gua hal yang demikian, Gua Braholo menampakkan indikator hunian paling kuat berupa temuan permukaan, seperti sisa fauna yang melimpah dan artefak batu. Berdasarkan temuan hal yang demikian dipandang perlu untuk mengadakan ekskavasi di daerah ini.

Penelitian intensif selama lima tahun dengan dukungan dari “The Toyota Foundation” di Gua Braholo telah di mulai sejak tahun 1995 di pimpin oleh Prof. Truman Simanjuntak dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jakarta. Pada penelitian hal yang demikian telah di buka 14 kotak ekskavasi dengan temuan yang benar-benar padat, terdiri dari tembikar, sisa biji-bijian yang sebagian besar di antaranya terbakar dan hangus, sisa fauna yang benar-benar melimpah, sisa industri batu, sisa industri tulang dan cangkang kerang.

Sisa Purbakala

Dalam proses ekskavasi ini di temukan beberapa tembikar, sisa biji-bijian hingga sisa-sisa fauna seperti rusa, kera ekor panjang, musang, malahan kulit kerang dan manik-manik. Ditemukan juga kelengkapan dari batu yang berasal dari 6-12 ribu tahun yang lalu.

Selain di temukan sisa fauna, alat-alat batu, dan cangkang moluska, di temukan juga kuburan 10 kerangka manusia purba dengan ras Australomesoid di Gua Braholo yang di percaya sebagai nenek moyang manusia yang hidup di Yogyakarta.

Selain bisa menikmati peninggalan arkeologi, Gua Braholo juga acap kali digunakan sebagai lokasi untuk susur gua oleh para pecinta alam. Karakteristik Gua Braholo sendiri memiliki 3 pitch, masing-masing memiliki kedalaman sekitar 35 meter, 6 meter, serta yang terakhir sekitar 2 meter dengan kemiringan 25 derajat.

Penelitian di Gua Braholo ialah bagian dari penelitian skala makro tentang eksploitasi sumber tenaga di daerah Gunung Sewu. Daerah yang memanjang pada arah timur – barat di bagian selatan Jawa ini terdiri dari pegunungan karst yang khas, berbentuk setengah bulatan atau kerucut diselingi lembah atau dataran sempit. Berjenis-variasi tinggalan prasejarah dari kultur tertua (paleolitik) hingga termuda (paleometalik) tersebar dengan padat, lebih – lebih di bagian timur. bercorak paleolitik lebih terkonsentrasi di sepanjang aliran sungai, seperti Baksoka, Wuni, Pasang, Sirikan, dan Gede. Sebaran Paleolitik mencapai Giritontro di daerah Wonogiri dan Oyo di daerah Wonosari. Mesolitik lebih terkonsentrasi di gua atau ceruk, sementara kultur bercorak neolitik lebih terkonsentrasi di bentang alam terbuka.

Gua Braholo di tetapkan sebagai Cagar Peringkat Nasional melalui Keputusan Mendikbudristek nomor 58/M/2022.

Artikel yang di sarankan: Memiliki Penyakit Jantung? Berpikir Untuk Memasang Ring Pada Jantung? Baca Dulu Prosedur Pemasangan Ring Jantung